Eropa Kerja Sama Perkenomian Dengan Indonesia – Kamar Dagang Inggris Indonesia baru saja merilis Indeks Keyakinan Bisnis 2019 (BCI) tahun lalu. BCI adalah survei B2B tentang investor Eropa yang berdomisili di Indonesia yang menyediakan serangkaian snapshot tentang ekonomi dan kinerja pemerintah yang mencerminkan kepercayaan bisnis secara keseluruhan terhadap pendapatan, perhitungan, laba, dan investasi masa depan.

Pengusaha Eropa memaparkan indeks kepercayaan bisnis terhadap Indonesia dalam acara 5th Joint European Chamber’s Business Confidence Index 2016 (BCI). Indeks kepercayaan bisnis ini melibatkan 70 pengusaha Eropa yang berdomisili di Indonesia. http://www.shortqtsyndrome.org/

Eropa Kerja Sama Perkenomian Dengan Indonesia

Chairman of BrithCham, Vice Chairman of EuroCham, Adrian Short memaparkan, pertama, indeks kepercayaan terhadap Indonesia tinggi di sektor infrastruktur dan akan menarik investor asing di sektor lainnya. www.americannamedaycalendar.com

Kedua, kendati indeks kepercayaan bisnis relatif stabil, namun ada keyakinan pemerintah bisa mendorong peningkatan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Hal ini cerminan perbaikan dari segi regulasi.

Ketiga, lebih dari sepertiga perusahaan asing di Indonesia akan meningkatkan investasi secara signifikan dalam 2 tahun ke depan dan kemungkinan dilakukan di luar Jakarta.

Namun, Adrian mengingatkan meski sentimen cenderung positif ada beberapa hal yang perlu diwaspadai.

“Hal yang perlu diwaspadai adalah paket kebijakan ekonomi yang belum cukup memberikan dampak positif kepada para pengusaha yang sudah investasi di Indonesia. Dan hal ini menumbuhkan kekhawatiran terkait dengan stabilitas sosial dan politik,” kata dia Jakarta

Dia juga menambahkan kondisi global saat diliputi ketidakpastian. Akan tetapi, dia bilang Indonesia bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan daya saing.

“Tapi, dalam ketidakpastian global, kita dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi,” ujar dia.

Eropa Kerja Sama Perkenomian Dengan Indonesia

“Hasil dari survei juga menunjukan bahwa 71 persen responden yakin untuk menjalankan bisnisnya di Indonesia,” ujar Chairman British Chamber of Commerce Indonesia Adrian Short, di Jakarta, Selasa (13/1).

Short juga memaparkan kemudahan dalam berbisnis di Indonesia 2014 juga meningkat 62 persen dan dia menilai hal tersebut menunjukkan sentimen positif terhadap pemerintahan baru di Indonesia.

Secara keseluruhan, pandangan terhadap bisnis Indonesia meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun lalu dari 66 persen menjadi 72 persen dengan pertumbuhan pendapatan dan laba diproyeksikan meningkat.

Tingkat kepercayaan pebisnis asing itu pun juga meningkat terutama pada kondisi politik Indonesia, meski terjadi persaingan sengit antara dua kandidiat calon presiden beberapa waktu lalu. Tingkat kepercayaan terhadap kondisi politik meningkat sebanyak 5 persen dari 42 persen menjadi 47 persen diikuti oleh peningkatan pada iklim investasi menjadi 60 persen dari sebelumnya yakni 31 persen.

“Dengan berbagai faktor makroekonomi, peningkatan yang kuat juga dirasakan terutama pada kondisi politik, meski kita tahu terjadi kompetisi yang sangat ketat antara 2 calon presiden dan adanya koalisi dua kubu yang sangat terlihat,” kata Short.

Hasil survei terbaru yang dilakukan HSBC Indonesia memperlihatkan adanya optimisme dari para pengusaha Indonesia atas peningkatan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan bisnis dalam beberapa tahun ke depan.

Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia Sumit Dutta mengatakan 98% perusahaan Indonesia yang disurvei memproyeksikan adanya pertumbuhan bisnis dua tahun ke depan.

Peningkatan basis pelanggan menjadi alasan terkuat pendorong pertumbuhan bisnis yaitu mencapai 32% dan pengembangan kualitas tenaga kerja sebanyak 29%.

Selain peningkatan basis pelanggan dan pengembangan kualitas tenaga kerja, sebanyak 24% responden juga mengakui pentingnya perbaikan logistik dan transportasi.

“Hampir setengah dari perusahaan Indonesia atau 45% memproyeksikan tingkat pertumbuhan lebih dari 5%, tertinggi di antara semua pasar yang disurvei,” katanya seperti dikutip Antaranews, Jakarta.

Dutta mengatakan sebanyak 31% responden menilai perluasan pasar online untuk produk dan layanan merupakan peluang utama usaha di Indonesia.

“Dilihat dari sisi negatif, bisnis di Indonesia melihat tiga ancaman nyata, yaitu situasi politik sebanyak 36%, pesaing baru atau kinerja pesaing sebanyak 33% dan nilai tukar 26%,” ujarnya.

“Bisnis di Indonesia akan mengejar berbagai peluang investasi, mulai dari penelitian, inovasi dan teknologi 81%, serta penjualan produk atau layanan online dan program pelatihan masing-masing 74%,” katanya.

Dengan kondisi ini, tingkat investasi pengusaha berada di posisi tinggi, dengan lebih dari 70% mengklaim akan meningkatkan investasi lebih dari lima persen di setiap bidang.

Hasil survei ikut memperlihatkan bahwa biaya adalah tantangan utama bagi inovasi di semua pasar, tidak terkecuali di Indonesia

Khusus untuk Indonesia, kurangnya tenaga terampil dan kurangnya investasi di bidang teknologi, juga merupakan penghalang yang jauh lebih besar dibanding pasar lain.

“Penekanan akan pentingnya mencari tenaga-tenaga baru yang terampil adalah cerminan dari perhatian mendalam terhadap tantangan,” kata Dutta.

Dengan fokus pada inovasi, terutama pada era internet of things, 5G dan artificial intelligence, maka tercipta produktivitas, percepatan akses, peningkatan pengalaman pelanggan, serta kualitas produk dan layanan.

Sekitar 40% responden percaya bahwa sikap responsif terhadap perubahan adalah faktor terpenting kedua dalam mencapai kesuksesan di masa depan.

Sementara itu, sebanyak 21% responden percaya bahwa kinerja keuangan yang konsisten adalah lebih penting untuk meraih keberhasilan bisnis di masa depan.

Survei terbaru HSBC bertajuk “Navigator: Made for the Future” melibatkan lebih dari 2.500 perusahaan di 14 pasar secara global di Asia Pasifik (Australia, daratan China, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia dan Singapura), Eropa (Prancis, Jerman dan Inggris), Timur Tengah dan Afrika Utara (UEA) dan Amerika Utara (Kanada, Meksiko, dan AS).

BritCham Indonesia menyoroti temuan-temuan berikut dalam indeks tahun ini:

-Sementara sentimen kurang menguntungkan untuk sektor perhotelan, perjalanan & pariwisata dan makanan & minuman, prospeknya tetap sangat positif untuk infrastruktur & konstruksi dan secara signifikan meningkat dalam pendidikan.

-Ada peningkatan pandangan yang sangat positif pada lingkungan politik dan tren positif pada lingkungan peraturan dan hukum.

-Ada kekhawatiran yang meningkat tentang dampak proteksionisme.

-Sentimen menunjukkan bahwa bisnis akan kurang ditantang oleh lingkungan regulasi, inefisiensi birokrasi, peraturan bea cukai & impor dan stabilitas politik & sosial.

-Namun, persentase yang lebih tinggi tetap ragu mengenai investasi besar.

-Ada harapan yang jelas akan perbaikan dalam sikap pemerintah terhadap bisnis.

-Dengan persepsi positif terhadap pemerintah, dampak positif sederhana pada bisnis diharapkan.

-Dampak paket stimulus ekonomi tetap seperti 2017/2018.

Outlook Bisnis

-Prospek bisnis masih relatif stabil dibandingkan tahun lalu.

-Prospek untuk Perhotelan / Perjalanan dan Makanan & Minuman kurang positif dari tahun lalu.

-Aktivitas bisnis telah berkembang di Sumatera dan Sulawesi dan ada rencana ekspansi yang berkelanjutan di Bali dan Jawa Timur.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bisnis

-Sementara prospek ekonomi makro masih menunjukkan tren positif, mereka tetap khawatir tentang korupsi dan partai buruh, ada kekhawatiran baru terhadap terorisme.

-Prospek untuk investasi masa depan secara keseluruhan tetap cukup positif.

Jejak Panjang Portugis di Macao – Kinerja kuping yang tak beres, ketidakmampuan melafalkan kata-kata warga lokal, atau sikap tak-mau-repot-dan-ya-udahlah-ya bangsa Eropa dahulu kala, kemungkinan besar, jadi sebab mengapa sebuah kawasan dinamakan demikian dan bukan yang lain.

Korea Selatan, misalnya. Mereka sendiri memanggil negara mereka dengan nama lain, yaitu Hanguk (한국, 韓國). Sementara Korea Utara memanggil dirinya Chosŏn (조선, 朝鮮). Kata Korea sendiri kurang lebih berasal dari Goryeo (atau Goguryeo), salah satu kerajaan dari Three Kingdoms of Korea (selain Baekje dan Silla) yang terdapat di daerah utara dan tengah Semenanjung Korea dari tahun 37 Sebelum Masehi sampai 668 Masehi. slot online

Jejak Panjang Portugis di Macao

Kanada, pun demikian. Yang didengar penjelajah asal Prancis Jacques Cartier pada 1535 tentulah bukan Kanada yang sekarang dilafalkan, melainkan “kanata” yang berarti “pedesaan” atau “permukiman”. Sementara yang dimaksud warga lokal dengan “kanata” adalah Desa Stadacona yang sekarang menjadi kota Québec, Cartier menggunakan kata Kanada buat keseluruhan wilayah yang didatanginya. https://www.americannamedaycalendar.com/

Rupanya, hal yang sama juga terjadi pada Macao. Suatu hari di 1553, kapal Portugis berlabuh di pantai persis di depan Kuil A-Ma di laut selatan China. Portugis, seperti semestinya, kemudian bertanya nama tempat tersebut ke warga lokal.
Warga sekitar sembari menunjuk-nunjuk Kuil A-ma yang sudah dibangun puluhan tahun sebelumnya menjawab “A ma gao”; yang arti harfiahnya adalah Teluk A-Ma. Kuil A-ma adalah tempat penghormatan pada dewi A-ma (Mazu), pelindung para pelaut dan nelayan. Portugal yang kemudian mendapat izin dari kekaisaran China mulai menggunakan titik tersebut sebagai pelabuhan dan mulai membangun kota bernama Macao.

Cerita selanjutnya sudah banyak diketahui. Portugal tinggal lama, membayar sewa kepada kerajaan China untuk menempati Macao, berjual beli dan bekerja sama dengan China, menghalau serbuan Belanda yang ingin menggantikan posisinya di Macao, menolak membayar uang sewa dan ganti berperang memerangi China, sampai akhirnya pada 1999 menyerahkan kembali Macao ke tangan pemerintah China.

Untuk menghadapi segala kemelut dan dinamika geopolitik Portugal di Timur Jauh, tujuh benteng dibangun Portugis di daratan Macao. Dibangun dalam tiga periode, benteng-benteng tersebut didirikan untuk menghadapi gelombang ancaman yang berbeda.

Jejak Panjang Portugis di Macao

“Tiga benteng pertama didirikan di inner harbour (pelabuhan bagian dalam) yang merupakan pelabuhan untuk perdagangan,” ujar Fok.

“Kemudian pada periode kedua, mereka membangun dua benteng lain, untuk melindungi outer harbour (pelabuhan bagian luar). Benteng-benteng ini menghadap ke timur,” lanjut Fok.

Inner harbour yang dimaksud Fok adalah pesisir Macao daratan di sebelah barat, segaris dengan Teluk A-Ma tempat Portugal pertama datang. Sementara outer harbour adalah garis pantai di sebelah timur Macao yang menghadap Hongkong. Benteng-benteng di kedua sisi tersebut dibangun untuk menghalau kapal-kapal Eropa yang datang belakangan, utamanya Belanda.

Periode Pertama

  1. Fortaleza De São Tiago Da Barra

Perebutan jalur dagang di Timur Jauh pada abad ke-16 bisa dibilang luar biasa berat. Selain Portugal yang menjadi kekuatan tradisional, Inggris, Spanyol, dan Belanda juga menjadi entitas yang tak kalah agresifnya. Tak heran, saat pertama kali tiba di Macao, benteng pertahanan untuk menghalau kapal-kapal bermeriam dari pasukan naval rival selalu jadi prioritas.

Barra, dalam Portugis, berarti “jalur masuk” menuju sebuah zona pelabuhan, dus menjadi bastion awal perlindungan inner harbour—satu garis pantai dengan Teluk A-Ma tempat Portugal pertama kali berlabuh. Berdasarkan The Voices of Macao Stones (1999) yang ditulis oleh Lindsay dan May Ride, Fortaleza De São Tiago Da Barra yang dibangun pada 1613 adalah benteng pertama yang dibangun Portugal di tanah Macao.

Awalnya, pembangunan benteng ini ditentang oleh China. China tak percaya dengan alasan Portugal, bahwa benteng ini digunakan untuk menghalau kapal Belanda yang akan menyusul. Mereka khawatir, bahwa benteng pertahanan ini jadi langkah awal penyerangan ke Mainland China.

Portugal, yang saat itu sadar bahwa kekuatan militer China sangat kuat, tak mampu berbuat banyak saat China menghambat pembangunan bentengnya. Bahkan pengerjaan benteng tersebut belum rampung saat Belanda menyerang Macao pada 1622. Baru setelah percaya bahwa ancaman dari rival Portugal nyata adanya, China membiarkan Portugal menyelesaikan pembangunan benteng tersebut. Sejak 1970an, sisa-sisa benteng ini menjadi hotel dengan nama Pousada De São Tiago.

  1. Mount Fortress
    Fortaleza de Monte, atau Benteng Gunung, adalah salah satu monumen sejarah terpenting di Macao. Berada dalam kompleks yang sama dengan Reruntuhan St. Paul, ia kini dipergunakan sebagai tempat Museu de Macau dan venue salah satu event tahunan Art Macao. Sejak 15 Juni hingga 6 Oktober 2019 nanti, Macau Museum masih akan menggelar Reminiscences of the Silk Road, yang memamerkan relik kultural dari Dinasti Xia Barat.
    Namun demikian, hampir 400 tahun lalu, benteng ini (nyaris) merupakan pertahanan Portugal di Macao satu-satunya untuk menghadapi Belanda yang ingin menggantikan kuasa mereka. Dibangun oleh tenaga Jesuit yang telah berada di Macao bersama datangnya Portugal, benteng ini terdiri dari empat bastion dan sempat memiliki 32 meriam pada masa jayanya.
  2. Guia Fortress
    Guia Fortress, yang berada di perbukitan di kawasan São Lázaro, Macao, selalu menjadi elemen penting dalam upaya Portugal mempertahankan Macao dari serangan di Semenanjung Macao. Ia, selain Fortaleza de Monte, memegang peran penting dalam menghadapi serangan Belanda pada 1622 meski jauh dari garis pantai dan terletak tinggi di perbukitan. Masih berdasarkan buku Lindsay dan May Ride, ia juga digunakan sebagai tempat tahanan orang-orang Belanda yang tertangkap setelah serangan 1622.
    Kini, di dalam Guia Fortress ini terdapat sebuah kapel kecil tempat personel militer berdoa dan sebuah mercusuar yang baru dibangun pada 1865. Sejak pertengahan abad ke-19 tersebut, fungsi Guia sebagai benteng sudah berkurang dan lebih sebagai mercusuar serta pos pengawasan laut bagi masyarakat. Di situ, di atas benteng, terdapat sebuah lonceng raksasa dan penanda besar agar masyarakat tahu tamu apa yang datang dari laut—entah kapal dagang, pasukan perang, atau bajak laut.

Periode Kedua

  1. Fortress of Bomparto
    Memasuki periode kedua, utamanya setelah kekhawatiran Portugal akan serangan rivalnya dalam wujud kapal-kapal Belanda, dibangunlah benteng-benteng penguat di outer harbour, garis pantai Macao sebelah timur. Di situ pulalah Fortress of Bomparto dibangun.
    Sempat direkonstruksi pada 1775 dengan penambahan 8 buah meriam, benteng tersebut tidak digunakan lagi sejak 1892. Saat ini, sisa-sisa benteng ini menjadi kompleks tempat tinggal Konsulat Jenderal Portugal untuk Macao dan Hongkong.
  2. Fortress of Sao Francisco
    Dibangun hampir bersamaan dengan Fortress of Bomparto. Jika Bomparto menjaga sisi selatan Teluk Praia Grande, Sao Francisco menjaga utara teluk dan outer harbour. Saat ini benteng ini sudah rata dan menjadi permukiman, yang berada di belakang Hotel Lisboa.

“Kemudian,” Fok melanjutkan kuliah 3 SKS soal Sejarah Benteng-benteng di Macao-nya, “dua benteng terakhir dibangun dengan melihat China sebagai ancaman.”

Mengapa kemudian Portugal menganggap China sebagai ancaman, padahal sebelumnya keduanya menjadi mitra yang strategis? Jawabannya adalah Inggris dan opiumnya.

“Inggris datang amat-amat terlambat. Saat Portugal telah menguasai Macao dan Belanda, yang setelah kalah di Macao masih mendapat sedikit potongan kue dari Taiwan, Inggris tak punya apa-apa untuk dijual. Perdagangan benar-benar dikuasai Portugal,” kata Fok.

“Inggris sadar mereka butuh sesuatu yang spesial yang bisa dijual untuk mendapatkan uang dari China. Lalu apa yang Inggris tawarkan? Gampang. Opium.”

Sebelum opium, China tak butuh apa-apa dari Inggris. China merupakan salah satu bangsa dengan ekonomi terbesar di dunia dan yang paling maju—setidaknya sampai Eropa datang di abad ke-16. Sementara Inggris mengalami defisit neraca perdagangan karena mereka cuma mengimpor teh, sutra, dan porselen yang semuanya dibuat dari China.

Lalu, untuk menyeimbangkan neraca tersebut, berdasarkan jurnal karangan Muge Kalipci berjudul Economic Effects of The Opium Wars for Imperial China: The Downfall of an Empire (2018), Inggris mulai memasukkan opium yang dibuat di India secara ilegal. Pada akhir abad ke-17, penggunaan opium untuk leha-leha telah menjadi wabah yang sangat besar di tengah-tengah masyarakat China.

Kerajaan China yang menyadari bahwa produktivitas masyarakat mereka berkurang karena demam candu ini kemudian melarang opium pada 1729. Hukuman diperkeras pada 1796. Tentu, larangan ini membuat Inggris tidak senang karena kehilangan sumber pemasukannya yang besar.

Atas dasar inilah, Inggris kemudian merespons pelarangan ini dengan memerangi China. Dus namanya, Perang Opium, pecah pada 1839. Tentu saja, masih menurut jurnal Kalipci, Inggris yang lihai telah membuat justifikasi terlebih dahulu untuk memulai serangan itu. Alasan serangan mereka: bahwa mereka melawan kebijakan isolasionis China yang melanggar prinsip perdagangan bebas sebagai dasar-dasar peradaban.

“Di Perang Opium, China kalah. Mereka menawarkan ke Inggris apa yang mereka mau. Inggris meminta Hongkong, yang kemudian diduduki tanpa uang sewa,” ujar Fok.

“Dari hasil perang itulah,” lanjutnya, “Portugal tahu bahwa China sudah tak kuat-kuat amat. Perdagangan mereka lewat Macao sedikit demi sedikit tergantikan oleh Inggris di Hongkong dan Belanda di Taiwan. Dari situlah, dimulai sikap permusuhan Portugis di Macao terhadap China.”

….yang membawa kita ke pembangunan benteng-benteng di Macao periode ketiga.

Periode Ketiga

  1. Fortress of Mong Ha
    Rencana pembangunan benteng ini diumumkan pada Oktober 1849, dua bulan setelah Gubernur Macao, Ferreira do Amaral, dibunuh pada Agustus 1849. Fortress of Mong Ha ini sendiri baru mulai dibangun dua tahun kemudian. Amaral adalah Gubernur Macao yang vokal terhadap kebijakan China pasca-Perang Opium yang amat menguntungkan Inggris.
    Terganggu dengan kejayaan awal Inggris di Hongkong, mula-mula Amaral menghapus pajak dari seluruh perdagangan di Macao. Ia juga menutup Hoppo, Administrator Pajak kerajaan China, yang bertugas mengumpulkan pajak, ongkos pelabuhan, dan semacamnya. China menganggapnya sebagai usaha melepaskan diri Portugal dari China.
    Hubungan memanas antara kedua negara yang berujung pada pembunuhan Amaral dengan China dicurigai sebagai dalangnya. Saat itu, Amaral yang sudah tak punya tangan kanan dalam perang melawan Brasil pada 1823, dibunuh oleh delapan orang dengan kondisi kepala dan tangan kirinya dipotong dan dibawa kabur.
  2. Fortress of Dona Maria II
    Fortress of Dona Maria II adalah benteng terkecil yang dibangun di Macao. Ia terletak di sisi timur Macao, di garis pantai Areia Preta.
    Benteng ini dibuat pada paruh akhir Opium War (1852), ketika Hongkong diduduki oleh Inggris dan Macao mulai kehilangan arti eksistensinya sebagai jalur perdagangan China ke Eropa. Ia sempat jadi sasaran pengeboman Angkatan Udara AS pada Januari 1943. Karenanya, ia rusak parah dan tak pernah benar-benar diperbaiki.

Saat ini, cuma dua dari tujuh benteng di Macao yang masih bebas dikunjungi, yaitu Mount Fortress dan Guia.
“Benteng De São Tiago sekarang digunakan sebagai hotel. Jadi sisa bangunannya ditutup dan mereka tidak membiarkan orang luar masuk. Kemudian, Benteng Francisco kini menjadi kantor polisi. Lalu bekas yang dulunya Fortress of Dona Maria II kini berada di dalam area sekolahan,” ujar Fok.

“Di tempat lain, mungkin kau melihat benteng-benteng yang dibangun benar-benar digunakan untuk bertempur. Tapi di Macao, kebanyakan dari mereka dibangun justru di daerah bukit-bukit hanya untuk memantau pergerakan kapal di kejauhan,” ujar Fok.

“Bahkan, dari tujuh yang dibangun, cuma satu yang pernah benar-benar digunakan, yaitu Mount Fortress,” katanya. Mount Fortress berada di bagian inner harbour, satu kompleks dengan bekas College of Madre de Deus dan Gereja St. Paul. Benteng tersebut hanya mengalami satu kali penyerangan yaitu saat menghadapi serbuan kapal-kapal Belanda pada 1622. Ditanya mengapa bisa demikian, Fok menjawab singkat sambil tertawa, “Because no one came to fight us!”

Budaya Bersepeda di Negeri Belanda – Alih-alih menggunakan kendaraan bermotor, sepeda tampak lebih populer dan ramah lingkungan di Belanda dibanding moda transportasi lain. Dari pelajar, ibu rumah tangga, pegawai hingga polisi menggunakan sepeda menyusuri jalan-jalan ataupun melakukan aktivitas sehari-hari berkanal di Amsterdam atau kota lainnya.

“Di kota, mobil bukan moda transportasi,” kata Hans Voerknecht, koordinator internasional untuk kelompok riset FietsBeraad.”Sepeda adalah lemak dalam sistem lalu lintas, dan sebagian, sistem ekonomi…sepeda membuat segalanya menjadi mungkin.” slot indonesia

Di antara negara-negara Barat, bersepeda paling populer di Belanda. Hampir 30 persen warga Belanda selalu berpergian dengan sepeda, dan tambahan 40 persen terkadang sepeda untuk bekerja, menurut FietsBeraad. www.mrchensjackson.com

Budaya Bersepeda di Negeri Belanda

Belanda memang dikenal sebagai negara para pesepeda bahkan sebelum Perang Dunia II pecah, menurut kajian Worldwatch Institute dalam situsnya worldwatch.org. Bahkan dalam salah satu surat kabar harian, sepeda adalah kendaraan favorit dibanding kendaraan lain.

Bersekolah di Belanda tidak hanya memperdalam ilmu pengetahuan namun juga memberikan kesempatan untuk merasakan budaya commuting di negara tersebut. Belanda termasuk yang terdepan dalam kemajuan teknologi transportasi namun untuk gaya commuting, pilihan populernya cukup manual, yaitu bersepeda.

Sepeda atau fiets dalam Bahasa Belanda, merupakan moda transportasi pilihan utama warga Belanda diantara pilihan moda lain yang canggih dan efisien. Di katakan canggih di sini karena Belanda merupakan negara di Eropa dengan sarana transportasi terbaik dalam aspek teknologi dan efisiensi, namun pilihan sepedanya kebanyakan justru sepeda onthel. Persentase sepeda manual dan elektrik berkisar antara 60:40. Selain sepeda onthel, banyak juga ditemukan modifikasi sepeda sesuai dengan kebutuhan seperti sepeda dengan boks khusus untuk balita dan anak-anak yang disebut dengan bakfiets.

Budaya Bersepeda di Negeri Belanda

Statistik Bicara

Berbicara sepeda di Belanda, kita akan melihat figur statistik yang fenomenal. Terdapat lebih banyak sepeda daripada manusia di Belanda.

Pada tahun 2018, tercatat terdapat 22 juta sepeda di seluruh Belanda dengan jumlah penduduk sebesar 17 juta jiwa atau sekitar 1,3 sepeda per kapita. Namun demikian hanya 85 persen penduduk Belanda yang memiliki sepeda, dengan demikian satu orang bisa memiliki lebih dari satu sepeda. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di dunia dan menjadikan sepeda ciri khas negeri Belanda selain yang sudah kita kenal seperti produksi keju dan budidaya tulip.

Total jalur sepeda atau fietspad di Belanda terbentang sepanjang hampir 35.000 km dan kita dapat menelusuri negeri tersebut dengan sepeda di jalurnya tanpa terputus. Adapun jalur sepeda di jalan raya (bersebelahan dengan jalan kendaraan bermotor), tercatat sepanjang 55.000 km.

Statistik penggunaan sepeda, orang Belanda diperkirakan bersepeda sepanjang 5000 km dalam setahun atau melakukan sekitar 250 sampai 300 perjalanan dengan sepeda. Lebih dari 15 miliar kilometer ditempuh dengan sepeda oleh seluruh penduduk Belanda dalam setahun (Mobility Figures Report, Rijwiel en Automobiel Industrie, 2018). 

Tidak hanya di Eropa, Belanda memimpin statistik persepedaan dibandingkan negara-negara lain di dunia. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat pencurian sepeda di negara tersebut. Berdasarkan Central Bureau of Statistics, sebanyak 636.308 sepeda hilang pada tahun 2015 atau sekitar 1.744 sepeda setiap harinya.

Pengarusutamaan Sepeda di Belanda

Tidak hanya sebagai pilihan commuting, sepeda sudah menjadi bagian budaya masyarakat Belanda. Inklusivitas sepeda tercakup dalam berbagai aspek pembangunan di Belanda.

Sebagai contoh, pembangunan kembali kota Rotterdam yang luluh lantak setelah Perang Dunia II telah memasukkan jalur dan rute khusus sepeda dalam perencanaan tata kotanya. Hasilnya, Rotterdam dikenal sebagai ‘kota baru’ yang modern dan inklusif di Belanda. Dalam lingkup nasional, pembangunan jalur sepeda dilakukan secara terintegrasi sehingga mampu menghubungkan desa, kota dan provinsi di seluruh Belanda yang menghasilkan rute sepeda nasional atau Dutch National Cycle Network, yang juga mengakomodasi aspek rekreasional dan pariwisata di dalamnya.

Kemudian dalam aspek pendidikan, di sekolah dasar bersepeda menjadi bagian dari kurikulum guna menanamkan kesadaran untuk menjadi pengguna jalan yang bertanggung jawab dan sadar peraturan lalu lintas.

Perkembangan fasilitas pengguna sepeda berkembang beriringan dengan perkembangan fasilitas moda transportasi yang lain seperti jalan raya, jalur tram, dan subway. Artinya, pemerintah Belanda meletakan prioritas yang sama antara sepeda dengan moda transportasi mainstream lainnya. Sebagai contoh, perbaikan atau pembangunan sarana parkir mobil di stasiun juga dibarengi dengan perbaikan dan pembangunan parkir untuk sepeda. Dalam perkembangan terkini, kebutuhan infrastruktur sepeda justru lebih menuntut daripada untuk kendaraan bermotor.

Sama halnya dengan peraturan lalu lintas, pemerintah Belanda juga telah mengakomodasi tata tertib bersepeda dalam regulasinya seperti kewajiban kelengkapan keamanan sepeda yaitu lampu dan bel serta sanksi pelanggaran. Guna menjaga tata tertib, tempat parkir sepeda diletakan di berbagai sudut kota dan parkir sepeda sembarangan akan dikenakan denda atau diambil oleh pihak berwenang.

Aspek infrastruktur juga senantiasa memperhatikan kebutuhan ruang pengguna sepeda yang terintegrasi antar kota dan provinsi. Jembatan dan jalan raya antar kota/provinsi juga menyediakan jalur sepeda. Jalur sepeda dibangun bersebelahan dengan jalur kendaraan yang dilengkapi dengan lampu lalu lintas tersendiri. Guna keamanan pengguna sepeda, sekat permanen dibangun untuk memisahkan jalur mobil dan jalur sepeda.

Setiap pemerintah kota (Gemeente) memberikan layanan registrasi bebas biaya sepeda untuk kemudian didaftarkan ke kepolisian setempat guna memperoleh kartu registrasi sepeda. Hal ini berguna ketika terjadi pencurian sepeda karena polisi Belanda hanya akan menindaklanjuti laporan pencurian sepeda yang teregistrasi di Gemeente.

Faktor Pendorong dan Visi Kedepan

Kampanye bersepeda oleh pemerintah Belanda dimulai sejak tahun 1974 ketika terjadi krisis minyak dunia dimana Belanda salah satu negara target embargo Organization of Arab Petroleum Exporting Countries yang mengakibatkan meroketnya harga minyak. Pemerintah Belanda kemudian menerapkan kebijakan mempopulerkan sepeda di seluruh negeri. Selain faktor tingginya harga bahan bakar minyak, kampanye sepeda digalakkan untuk mempromosikan keselamatan di jalan raya, penurunan polusi dan program masyarakat yang lebih sehat.

Belanda membutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membangun budaya bersepeda dengan regulasi dan sistem yang komprehensif dan terintegrasi. Kini, 45 tahun sejak pertama dicanangkannya kampanye bersepeda, Belanda telah berhasil menjadikan sepeda sebagai gaya hidup. Sebagai salah satu negara dengan penghasilan per kapita yang tinggi (kisaran USD 52.900 – USD 56.400 per kapita tahun 2018), sepeda tetap menjadi pilihan moda transportasi utama.

Pemerintah Belanda pun tidak berhenti sampai di pencapaian yang sudah diraih tersebut, pada tahun 2017 pemerintah Belanda mencanangkan Tour de Force yaitu peningkatan 20 persen peningkatan kilometer bersepeda pada tahun 2024.

Menilik ke dalam, kini kesibukan jalan raya di ibukota Jakarta bertambah karena renovasi dalam rangka penambahan lajur sepeda di beberapa ruas jalan. Diharapkan ini menjadi langkah awal Jakarta seperti yang diambil oleh pemerintah Belanda 45 tahun yang lalu.

Multikulturalisme Eropa dan Permasalahannya – Lima puluh tahun yang lalu, jika kita bertanya, siapa atau bagaimanakah ciri fisik orang Eropa, maka pada umumnya jawaban yang diterima adalah, berkulit putih, berambut pirang, berbadan tinggi, bermata biru, dengan nama yang identik dengan budaya Judeo-Christian dan tentunya beragama Kristen. Jika pertanyaan serupa ditanyakan pada saat sekarang ini, maka kita hampir pasti jawaban yang berbeda. Saat ini Orang berkewarganegaraan negara-negara Eropa tidak mesti berkulit putih, bernama barat atau beragama Kristen. Kita bisa mengambil contoh dari beberapa pemain atau mantan pemain sepakbola tim nasional Belgia dan Prancis, seperti: Raja Nainggolan, Romelu Lukaku, Vincent Kompanyi, Nacer Chadli atau Kylian Mbappe, yang jelas tidak memiliki nama “Eropa”, tidak berkulit putih dan bahkan beragama selain Kristen atau tidak beragama sama sekali).

Dihadapkan pada kenyataan di atas, mulai muncul pertanyaan mengapa multirasialisme dan multikulturalisme Eropa terjadi dan kapan fenomena tersebut muncul? Bukankah negara-negara Eropa itu dikenal sebagai negara dengan konsep nation-state dimana negara dibentuk berdasarkan suku bangsa tertentu seperti etnis Celtic, Roman dan Aleman? Mengapa justru sekarang menjadi sebuah negara melting pot berbagai budaya dan suku bangsa di dunia? idn slot online

Multikulturalisme Eropa dan Permasalahannya

 Kemunculan multirasialisme dan multikulturalisme Eropa tidak dapat dilepaskan dari proses kolonialisme Eropa kepada bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Hubungan antara wilayah koloni negara-negara Eropa dengan negara penjajahnya membawa konsekuensi adanya arus migrasi dari negara penjajah ke wilayah koloni dan sebaliknya dari wilayah koloni ke wilayah metropolitan negara penjajahnya. Itulah mengapa saat ini lumrah ditemui warga negara Inggris yang memiliki keturunan India, Pakistan serta Bangladesh di Inggris,  warga negara Prancis keturunan Aljazair atau Afrika sub Sahara, atau warga negara Belanda keturunan Indonesia. https://www.mrchensjackson.com/

Pada masa penjajahan, arus migrasi penduduk asli dari wilayah koloni ke negara penjajahnya, pada umumnya hanya bisa dilakukan oleh golongan masyarakat kelas atas, golongan bangsawan ataupun kaum terpelajar dari masyarakat di koloni. Beberapa faktor pendorong migrasi mulai dari mencari pekerjaan maupun pendidikan yang lebih baik. Arus migrasi antara negara bekas koloni dengan negara bekas penjajahnya juga tetap berlanjut hingga masa kemerdekaan negara bekas koloni tersebut, dengan faktor pendorong yang sama. Selain faktor pendorong ekonomi, kedekatan sejarah diantara kedua negara, juga menjadi faktor tambahan migrasi antara negara bekas jajahan menuju negara bekas penjajahannya.

Multikulturalisme Eropa dan Permasalahannya

Selain migrasi dari negara bekas koloni menuju ke negara bekas penjajahnya, multirasialisme dan multikulturalisme juga disebabkan pertumbuhan ekonomi yang sangat besar di dekade 1950an – 1960an. Pulihnya industri negara-negara Eropa setelah Perang Dunia II tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja lokal yang mencukupi. Karenanya, negara-negara Eropa membuat perjanjian dengan negara-negara di sekitar Eropa, terutama Maroko dan Turki, untuk mengirimkan tenaga kerjanya untuk menunjang produksi industri Eropa. Para tenaga kerja Maroko dan Turki (sering dikenal dengan istilah pekerja tamu) tersebut pada awalnya hanya dimaksudkan untuk menetap sementara waktu di negara Eropa Barat (terutama Belanda, Belgia, Prancis dan Jerman). Namun pada perkembangannya, para pekerja tamu tersebut, menetap secara lebih permanen di negara-negara Eropa tersebut, termasuk dengan membawa keluarganya dari negara asalnya untuk tinggal bersamanya di Eropa. Para pekerja tamu bersama keluarganya pada akhirnya tinggal menetap di negara-negara Eropa.

Dengan semakin mudahnya arus transportasi antar negara, serta semakin terbukanya perbatasan negara-negara Eropa, terutama dengan pembentukan kesepakatan visa tunggal Schengen, arus migrasi menuju negara Eropa telah menjadi semakin tinggi. Negara-negara Eropa juga menjadi tujuan bagi para pencari suaka, termasuk suaka ekonomi yang masuk ke wilayah Eropa hanya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Globalisasi ekonomi juga semakin mendorong arus migrasi bangsa ke negara-negara Eropa. Melalui integrasi ekonomi dan penghapusan hambatan-hambatan perdagangan, negara-negara Eropa semakin membutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang relatif murah untuk meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi. Hal ini yang mendorong tenaga kerja negara berkembang untuk bermigrasi ke Eropa.

Di sisi lain, semakin besarnya arus migrasi yang dihadapi oleh negara-negara Eropa tidak selamanya dapat diterima dengan baik oleh warga asli negara-negara Eropa. Faktor penyebab munculnya sikap antipati terhadap imigran adalah pertama dikarenakan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan antara warga asli Eropa dengan imigran, terutama untuk pekerjaan kasar (low skilled). Pekerja imigran banyak yang rela dibayar lebih rendah dari pekerja asli Eropa sehingga membuat perusahaan lebih menyukai merekrut pekerja imgran. Isu pekerja asing ini juga menjadi salah satu alasan penyebab Inggris keluar dari Uni Eropa yang dianggap memiliki kebijakan yang terlalu terbuka terhadap pekerja imigran. Selain itu, semakin tingginya pajak sosial untuk mendukung kehidupan warga juga menjadi sumber keresahan warga asli Eropa. Warga asli Eropa yang banyak tidak berkeluarga atau memiliki keluarga kecil menjadi terpaksa membayar pajak sosial yang besar untuk ‘mensubsidi’ imigran yang umumnya memiliki keluarga besar dan menempati rumah subsidi. Di Hungaria, Perdana Menteri Viktor Orban bahkan mengubah kebijakan subsidinya untuk mendorong warga Hungaria asli untuk berkeluarga dan memiliki anak agar dapat melawan imigran asing yang dianggap sebagai ancaman.

Perbedaan kebudayaan juga mengakibatkan  menurunnya tingkat toleransi dan saling pengertian antara warga Eropa dan imigran. Di Inggris contohnya, lebih dari sepertiga penduduknya menganggap Islam sebagai ancaman terhadap budaya Inggris. Bahkan beberapa politisi menuduh beberapa kota Inggris seperti Birmingham telah dijajah oleh imigran Muslim.

Namun demikian, meskipun berbagai kritik yang ada, migrasi ke Eropa adalah suatu keniscayaan yang tidak mungkin dipungkiri serta dihilangkan. Mau tidak mau, suka tidak suka, arus globalisasi telah membuat (memaksa) negara Eropa berubah menjadi negara melting pot, di benua tua. Penolakan terhadap globalisasi ekonomi dan impilikasinya seperti imigrasi hanya akan membawa dunia kedalam kehancuran seperti yang telah dibuktikan dalam sejarah perang dunia di sini.

Untuk itu, upaya untuk membangun rasa toleransi dan tenggang rasa serta saling pengertian antar budaya, terutama terhadap suatu budaya asing haruslah terus dipupuk. Bagi warga negara asli Eropa, rasa kebanggaan yang berlebihan terhadap budaya serta rasnya adalah suatu hal di masa lampau yang tidak sesuai dengan perkembangan dan realitas saat ini. Sedangkan untuk imigran asing, khususnya warga negara Indonesia, kita mengenal pepatah yang mengatakan ‘dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung’. Imigran agar dapat hidup berdampingan dengan warga asli perlu beradaptasi mengikuti atau menghormati adat istiadat di wilayah tempat tinggalnya.

Dari sudut pandang ini, multikulturalisme di Eropa dapat dikatakan sekadar basa-basi, sekadar sebuah tindakan untuk menghadapi realitas membanjirnya imigran ke negara mereka. Maka, dengan konsep seperti itu, multikulturalisme ala Eropa justru menciptakan alienasi permanen bagi para imigran.Dengan dibebaskan mempertahankan identitas asli, para imigran di Jerman tak merasa perlu peduli terhadap nasib Jerman.

Sejarah Unik Macao – Mosaik batu dekoratif menutupi permukaan Senado Square, Alun-alun Kota Macao. Bangunan neoklasik yang megah berwarna pastel, mengelilingi sisi-sisinya. Dari paling bawah hingga paling atas, Senado Square memberi nuansa pemandangan nan elok yang membuatmu merasa berada di Eropa alih-alih di Asia.

Bangunan neoklasik megah berwarna pastel ini, secara umum, tersebar di penjuru Macao. Senado Square, walau yang terbaik, bukan satu-satunya tempat untuk menikmati peninggalan sejarah yang terawat dengan apik. Kebanyakan bangunan itu sekarang adalah bagian dari Historic Centre of Macao, gugus yang pada 2005 dinobatkan UNESCO menjadi World Heritage Site. idn slot

Sejarah Unik Macao

Macao, di mana budaya Timur benar-benar bertemu dengan budaya Barat, memiliki banyak peninggalan sejarah dalam wujud arsitekturnya.

Yang sekilas pandang terlihat bergaya arsitektur Portugis pada nyatanya adalah peleburan kompleks antara gaya bangunan, teknik, dan material Portugis dan Cina. www.benchwarmerscoffee.com

Arsitektur “mediterrasian” banyak pula contohnya, termasuk Ruins of St. Paul’s — salah satu tujuan wisata paling ramai pengunjung di Macao. Bagian muka yang tersisa dari gereja ini bertingkat empat terlihat megah dan menjadi gereja terbesar di asia timur pada jamannya yaitu sekitar abad ke-16.

Bahkan, tempat tinggal Cina pun menyerap pengaruh budaya luar. Mandarin’s House, kompleks perumahan yang dulunya adalah kediaman leluhur Zheng Guanying, berhias lengkungan bergaya Eropa di mana panel jendelanya bergaya India.

“Dengan jalan-jalan bersejarah serta perumahan dan bangunan keagamaan maupun publik bergaya Portugis dan Cina, pusat Macao menyajikan kesaksian pertemuan pengaruh gaya, budaya, arsitektur, dan teknologi Timur dan Barat,” tulis UNESCO mengenai penobatan Historic Centre of Macao sebagai World Heritage Site.

Sejarah Unik Macao

Masa administrasi Portugis yang berlangsung selama ratusan tahun di Macao meninggalkan perbauran budaya yang terwujud dalam setiap aspek kehidupan — termasuk makanan.

Macao dinobatkan UNESCO sebagai Creative City of Gastronomy, makanan adalah bagian tak terpisahkan dari budayanya. Dan makanan Macao adalah definisi kreativitas itu sendiri berkat asal-usul Eropa-Asia yang unik. Kamu boleh menyebutnya fusion food, namun bahkan sebelum istilah itu menjadi tren kuliner global, sudah ada Macanese cuisine: fusion food pertama di dunia, fusion food orisinil.

Semuanya bermula pada tahun 1557, ketika pelaut Portugis mendirikan pelabuhan perdagangan di Macao. Mereka kemudian menetap dan membawa serta bahan dan bumbu serta cara masak yang tidak umum di Macao.

Bahan dan bumbu yang tidak umum di Macao termasuk rempah-rempah yang dikumpulkan sepanjang perjalanan laut Portugis di garis pantai Afrika, India, dan Asia Tenggara. Teknik masak yang tidak umum di Macao termasuk membakar dan memanggang. Ketika keduanya bertemu dengan pengaruh teknik memasak Cina, terutama Kanton, hasil akhirnya adalah Macanese cuisine.

African chicken, contoh klasik Macanese cuisine, adalah hasil terjemahan dapur Macao terhadap kari ayam. Diciptakan oleh juru masak setempat pada 1940-an menggunakan bumbu-bumbu yang didapatnya dari perjalanan ke Afrika, African chicken kini menjadi hidangan andalan rumah makan lokal.

Hidangan khas masyhur lainnya adalah Minchi, contoh terbaik comfort food Macao dengan irisan daging cincang dan kentang yang dipotong dadu yang ditumis dengan bawang dan dibumbui saus Worcestershire kemudian dihidangkan dengan telur dadar dan sepiring nasi panas. Makanan rumahan favorit, Minchi tak sukar ditemukan di restoran-restoran Macao.

Berbicara mengenai pencuci mulut, egg tart rajanya. Kue ini bahkan sudah menjadi ikon kuliner khas Macao sejak diperkenalkan oleh penemunya Andrew Stow di tahun 1989. Kue yang tekstur luarnya garing dan lembut di dalam ini rasanya cenderung manis.

Jika kamu bertanya-tanya kenapa ketiganya dan Macanese cuisine lain tidak begitu terkenal di Indonesia, jawabannya adalah karena “memang begitu adanya”. Pada era globalisasi ini kebanyakan hidangan telah dikenal di luar batas wilayah negaranya sendiri, namun Macanese cuisine pada hakekatnya tetap makanan eksklusif Macao. Cara terbaik menikmatinya, seperti cara terbaik menikmati peninggalan sejarah dalam bentuk bangunan, adalah dengan cara yang otentik: di Macao.

Nelayan Fujian dan petani Guandong adalah orang-orang pertama yang menetap di Macao. Orang-orang tersebut sudah menetap di Macao jauh sebelum Macao itu sendiri ada, di wilayah yang dulunya bernama Ou Mun. Nama tersebut berarti “gerbang perdagangan”. Ou Mun, yang terletak di mulut Sungai Mutiara sungai yang mengalir dari Guangzhou, mendapat namanya karena pada masa lampau wilayah ini adalah kota pelabuhan yang merupakan bagian dari Jalur Sutra. Kapal-kapal dagang berlabuh di Ou Mun untuk mengangkut sutra ke Roma.

Di masa lalu Tiongkok pernah merasakan masa keemasan sebagai pusat niaga dunia. Masa keemasan tersebut, sebagaimana masa keemasan lain, merasakan redup. Namun bahkan setelah masa keemasan perdagangan Tiongkok meredup, Guangzhou tetap makmur berkat aktivitas niaga via laut dengan negara-negara di Asia Tenggara. Karenanya ketika para pelaut-pedagang Portugis tiba dan terlibat dalam aktivitas perdagangan, orang-orang Ou Mun menyambut mereka dengan tangan terbuka.

Orang-orang Portugis pertama kali menginjakkan kaki di Macao tidak jauh dari A-Ma Temple, sebuah kuil tua yang sudah berdiri jauh sebelum Macao ada dan masih kokoh berdiri hingga kini. Orang-orang Portugis menanyakan kepada masyarakat setempat nama pulau tempat mereka berlabuh, namun orang-orang setempat berpikir mereka menanyakan nama kuil. “Ma Ge”, jawaban yang keluar dari mulut masyarakat setempat, mendarat sebagai “Macao” di telinga orang-orang Portugis.

Atas izin dari para mandarin Guangdong, orang-orang Portugis membangun kota yang kemudian dikenal dengan nama Macao. Dalam waktu singkat kota itu menjelma menjadi kota pelabuhan utama untuk perdagangan antara Tiongkok, Jepang, India, dan Eropa. Dengan Macao sebagai pelabuhan penting, Portugal meraih masa keemasan perdagangan.

Masa keemasan itu tidak bertahan selamanya. Kejayaan niaga Portugis meredup seiring dengan semakin gencarnya manuver perdagangan Belanda dan Inggris di Asia. Walau demikian hal itu tidak menjadi masalah karena Macao bukan hanya tentang pertukaran uang. Fungsinya sebagai kota pelabuhan utama dalam jalur perdagangan menjadikan Macao tempat pertemuan yang sempurna untuk budaya Timur dan Barat.

Salah satu hasil pertemuan budaya Timur dan Barat di Macao adalah Macanese cuisine. Hal ini tidak mengherankan karena makanan punya peran sentral dalam masyarakat Macao dan makan-makan adalah budaya terkuat mereka. Lahir dari perpaduan unik bahan dan bumbu serta teknik memasak Tiongkok dan Portugis, hidangan khas Macao adalah definisi kreativitas. Macanese cuisine bahkan terkenal sebagai fusion food pertama di dunia, dan usianya lebih dari 400 tahun.

Selain makanan, salah satu pengingat terkuat tentang perpaduan budaya di Macao adalah sejumlah bangunan yang tetap mempertahankan arsitektur bergaya Portugis. Alun-alun Kota Macao, “Senado Square”, dan St Lazarus Quarter adalah lokasi terbaik untuk menyaksikan dan menikmati arsitektur bergaya Portugis di Macao.

Kebanyakan bangunan Portugis Macao memang bergugus di sekitar Largo de Senado, namun kota ini secara umum dipenuhi bangunan neoklasik berwarna pastel yang dibangun pada masa administrasi Portugis. Kebanyakan dari bangunan-bangunan itu kini menjadi bagian dari pusat budaya Macao, yang pada 2005 dinobatkan sebagai UNESCO World Heritage.

Secara wilayah Macao yang kini berstatus Daerah Administratif Khusus  mungkin tidak besar, namun Macao membangun industri pariwisata kelas dunia dengan semua warisan sejarah yang mereka punya. Selain bangunan dan makanan, yang juga Macao tawarkan adalah masyarakatnya yang unik, di mana orang-orang Timur dan Barat hidup berdampingan dan saling melengkapi.

Berwisata Di Macao Selama Dua Hari – Dikenal sebagai pusat hiburan dan kemewahan, Macao menawarkan hiburan mewah kelas dunia. Walaupun demikian, kota ini bukan sebatas hal itu saja. Perjalanan ke Macao tidak harus mahal. Misalnya, kamu bisa bersenang-senang dengan menikmati waktu yang kamu habiskan menjelajahi Historic Centre of Macao.

Mengingat banyak titik-titik yang bisa kamu kunjungi, kamu akan membutuhkan satu hari penuh untuk menyambangi Historic Centre of Macao secara lengkap. Kabar baiknya, beberapa tempat bergugus satu sama lain. Agar waktumu bisa optimal, sebaiknya mengunjungi setiap situs secara berurutan. Tempat terbaik untuk memulai, tak lain dan tak bukan, adalah dari Selatan dari A-Ma Temple. slot online indonesia

Berwisata Di Macao Selama Dua Hari

Kuil yang dibangun pada 1488 untuk menghormati Mazu (dewi laut suci pelindung pelaut dan nelayan) ini adalah kuil Tiongkok paling tua dan paling terkenal di Macao. Dari sana, kamu bisa meneruskan perjalanan ke Barra Square, kemudian ke Moorish Barracks. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Wisata alam mungkin bukan daya tarik utama Macao, namun Macao punya area hijau yang layak bersanding dengan wilayah urbannya yang lebih terkenal. Macao punya 13 jalur pendakian yang menawarkan kesempatan melarikan diri dari hiruk-pikuk kota dan menikmati udara segar serta pemandangan yang asri. Mayoritas dari belasan jalur pendakian tersebut terletak di sisi selatan Coloane Island yang — berkat perbukitannya yang berselimut rindangnya pepohonan — berjuluk Green Lung.

Dengan dinding luar berwarna kuning dan putih pastel serta pengaruh Moor, bangunan ini tampak mencolok dan eksotis di saat yang bersamaan. Bangunan neo-klasik yang dibangun pada 1874 ini kini menjadi markas Marine and Water Bureau.

Dari sana, teruskan perjalanan ke Mandarin’s House, kompleks perumahan bersejarah yang luar biasa, yang dulunya adalah rumah leluhur Zheng Guanying, seorang cendekiawan yang gagasannya tentang “menyelamatkan bangsa dengan memperkaya bangsa” memengaruhi pemikiran banyak pembesar dan pemimpin Tiongkok. Dibangun sekitar tahun 1869, bangunan ini menampilkan pengaruh arsitektur Barat.

Berwisata Di Macao Selama Dua Hari

Setelah Mandarin’s House, kunjungi Lilau Square dan St. Lawrence’s Church, kemudian St. Joseph’s Seminary and Church (masing-masing dibangun pada 1728 dan 1758), basis utama penyebaran agama Kristen di Tiongkok dan sekitarnya pada masanya. Gereja ini termasyhur sebagai contoh paling apik dari arsitektur barok di Tiongkok.

Lanjut ke St. Augustine’s Square dan St. Augustine’s Church, kemudian Dom Pedro V Theater (dibangun pada 1860), teater bergaya Eropa pertama di Tiongkok sekaligus teater tertua di Macao. Bangunan neoklasik yang megah ini sampai sekarang masih menjadi landmark budaya bernilai tinggi di kalangan penduduk setempat.

Berikutnya, kunjungi Sir Robert Ho Tung Library sebelum melanjutkan perjalanan ke Leal Senado Building (dibangun pada 1784), Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Macao sejak abad ke-18 hingga sekarang. Setelahnya habiskan waktu di Senado Square yang berwarna-warni, di mana Leal Senado Building berlokasi, kemudian lanjutkan perjalanan ke Kuan Tai Temple.

Pemberhentian berikutnya adalah Holy House of Mercy, yang juga terletak di Senado Square. Dibangun pada 1569, bangunan ini awalnya berfungsi sebagai klinik. Kini Holy House of Mercy menjalankan fungsi lembaga amal. Bangunan ini sejak dulu hingga sekarang masih terkenal dengan bangunan mukanya yang melengkung indah. Jika sudah puas mengagumi keindahan House of Mercy, lanjutkan perjalanan ke Cathedral Square, Lou Kau Mansion, the Cathedral, St. Dominic’s Square, St. Dominic’s Church.

Tempat berikutnya adalah landmark paling terkenal di Macao, Ruins of St Paul’s. Tempat wisata ini selalu ramai pengunjung, terutama di siang hari. Terletak di puncak bukit, bangunan ini adalah gereja termegah di Asia pada masanya. Sekarang yang tersisa dari gereja itu hanya bagian mukanya. Dari bagian “dalam” Ruins of St Paul’s, kamu bisa menikmati pemandangan Macao dari ketinggian.

Lanjutkan perjalanan ke Mount Fortress. Dibangun pada 1626, benteng ini dikenal sebagai pusat sejarah militer Macao. Terletak di puncak Mount Hill, di ketinggian 25 meter di atas permukaan laut, dari peron bagian atas benteng ini kamu bisa menikmati keindahan panorama kota Macao.

Dari Mount Fortress, lanjutkan perjalanan ke bagian yang tersisa dari tembok Old City, yang terletak bersebelahan dengan Na Tcha Temple. Tembok Old City adalah pengingat kuat tentang sejarah militer Macao dan, dalam konteks ini, punya signifikansi budaya yang besar. Sedangkan kuil Na Tcha, dengan jarak yang begitu dekat dengan Ruins of St Paul’s, menonjolkan identitas multikultural Macao yang unik.

Habiskan hari kedua di Coloane Island, karena kebanyakan jalur pendakian Macao terletak di pulau ini. Julukan “Green Lung” tidak disematkan kepada Coloane Island untuk sembarang alasan, dan pulau ini adalah kesempatan terbaikmu untuk sejenak melarikan diri dari hiruk pikuk kota.

Kalau kamu cukup bugar, ambil rute pendakian terpanjang di Macao: Coloane Hiking Trail. Jangan lupa membawa cukup air karena di rute sepanjang 8 km ini tidak ada satu pun mesin penjual otomatis.

Coloane Hiking Trail termasuk rute pendakian populer di Macao. Rute ini akan membawamu mengelilingi perbukitan Coloane. Kamu dijamin akan lupa waktu karena sibuk mengagumi pemandangan pulau utama Macao dari jalur ini, juga hutan lebat yang menutupi perbukitan yang mengelilingi pulau kecil yang damai ini. Di ujung jalur pendakian, di puncak Alto de Coloane, kamu akan mendapat hadiah lainnya: pemandangan luas Laut Cina Selatan.

Jangan khawatir jika kamu tidak merasa cukup bugar atau pergi bersama keluarga. Pilih saja Hac Sa Reservoir Family Walk, yang termasuk jalur pendakian mudah di Coloane. Panjangnya hanya 2,6 km dan medannya relatif datar. Hijaunya pepohonan rimbun yang mengawalmu sepanjang perjalanan menjadikan jalur pendakian ini tempat ideal bagi orang tua untuk mendekatkan anaknya dengan alam.

Selain dua jalur yang disebutkan di atas, Coloane Island masih punya dua lainnya: Long Chao Kok Coastal Trail dan Seac Min Pun Ancient Path. Jangan khawatir jika kamu merasa empat pilihan tidak cukup, karena secara keseluruhan, Macao punya 13 jalur pendakian dan jalur alam.

Jika kamu lebih suka bersantai di pantai, datangi salah satu dari dua pantai utama Macao: Hac Sa Beach and Cheoc Van Beach. Yang pertama, berlokasi di sisi selatan Coloane Island, adalah pantai terbesar dan paling terkenal di Macao. Pasirnya berwarna hitam dan pantainya cocok untuk berenang.

Yang kedua, Cheoc Van Beach, lebih kecil dari Hac Sa Beach menawarkan pasir berwarna keemasan, letaknya tidak jauh dari Coloane Village dan tersembunyi di teluk kecil. Cheoc Van Beach lebih tentram dan populer di kalangan perenang sepanjang tahun.

Dengan harta-harta berharganya, Macao adalah tempat sempurna untuk mengukir pengalaman luar biasa kamu dalam dua hari yang tak terlupakan. Macao membuktikan bahwa pengalaman mewah bisa ditemukan tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.