Eropa Kerja Sama Perkenomian Dengan Indonesia – Kamar Dagang Inggris Indonesia baru saja merilis Indeks Keyakinan Bisnis 2019 (BCI) tahun lalu. BCI adalah survei B2B tentang investor Eropa yang berdomisili di Indonesia yang menyediakan serangkaian snapshot tentang ekonomi dan kinerja pemerintah yang mencerminkan kepercayaan bisnis secara keseluruhan terhadap pendapatan, perhitungan, laba, dan investasi masa depan.

Pengusaha Eropa memaparkan indeks kepercayaan bisnis terhadap Indonesia dalam acara 5th Joint European Chamber’s Business Confidence Index 2016 (BCI). Indeks kepercayaan bisnis ini melibatkan 70 pengusaha Eropa yang berdomisili di Indonesia. http://www.shortqtsyndrome.org/

Eropa Kerja Sama Perkenomian Dengan Indonesia

Chairman of BrithCham, Vice Chairman of EuroCham, Adrian Short memaparkan, pertama, indeks kepercayaan terhadap Indonesia tinggi di sektor infrastruktur dan akan menarik investor asing di sektor lainnya. www.americannamedaycalendar.com

Kedua, kendati indeks kepercayaan bisnis relatif stabil, namun ada keyakinan pemerintah bisa mendorong peningkatan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Hal ini cerminan perbaikan dari segi regulasi.

Ketiga, lebih dari sepertiga perusahaan asing di Indonesia akan meningkatkan investasi secara signifikan dalam 2 tahun ke depan dan kemungkinan dilakukan di luar Jakarta.

Namun, Adrian mengingatkan meski sentimen cenderung positif ada beberapa hal yang perlu diwaspadai.

“Hal yang perlu diwaspadai adalah paket kebijakan ekonomi yang belum cukup memberikan dampak positif kepada para pengusaha yang sudah investasi di Indonesia. Dan hal ini menumbuhkan kekhawatiran terkait dengan stabilitas sosial dan politik,” kata dia Jakarta

Dia juga menambahkan kondisi global saat diliputi ketidakpastian. Akan tetapi, dia bilang Indonesia bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan daya saing.

“Tapi, dalam ketidakpastian global, kita dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi,” ujar dia.

Eropa Kerja Sama Perkenomian Dengan Indonesia

“Hasil dari survei juga menunjukan bahwa 71 persen responden yakin untuk menjalankan bisnisnya di Indonesia,” ujar Chairman British Chamber of Commerce Indonesia Adrian Short, di Jakarta, Selasa (13/1).

Short juga memaparkan kemudahan dalam berbisnis di Indonesia 2014 juga meningkat 62 persen dan dia menilai hal tersebut menunjukkan sentimen positif terhadap pemerintahan baru di Indonesia.

Secara keseluruhan, pandangan terhadap bisnis Indonesia meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun lalu dari 66 persen menjadi 72 persen dengan pertumbuhan pendapatan dan laba diproyeksikan meningkat.

Tingkat kepercayaan pebisnis asing itu pun juga meningkat terutama pada kondisi politik Indonesia, meski terjadi persaingan sengit antara dua kandidiat calon presiden beberapa waktu lalu. Tingkat kepercayaan terhadap kondisi politik meningkat sebanyak 5 persen dari 42 persen menjadi 47 persen diikuti oleh peningkatan pada iklim investasi menjadi 60 persen dari sebelumnya yakni 31 persen.

“Dengan berbagai faktor makroekonomi, peningkatan yang kuat juga dirasakan terutama pada kondisi politik, meski kita tahu terjadi kompetisi yang sangat ketat antara 2 calon presiden dan adanya koalisi dua kubu yang sangat terlihat,” kata Short.

Hasil survei terbaru yang dilakukan HSBC Indonesia memperlihatkan adanya optimisme dari para pengusaha Indonesia atas peningkatan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan bisnis dalam beberapa tahun ke depan.

Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia Sumit Dutta mengatakan 98% perusahaan Indonesia yang disurvei memproyeksikan adanya pertumbuhan bisnis dua tahun ke depan.

Peningkatan basis pelanggan menjadi alasan terkuat pendorong pertumbuhan bisnis yaitu mencapai 32% dan pengembangan kualitas tenaga kerja sebanyak 29%.

Selain peningkatan basis pelanggan dan pengembangan kualitas tenaga kerja, sebanyak 24% responden juga mengakui pentingnya perbaikan logistik dan transportasi.

“Hampir setengah dari perusahaan Indonesia atau 45% memproyeksikan tingkat pertumbuhan lebih dari 5%, tertinggi di antara semua pasar yang disurvei,” katanya seperti dikutip Antaranews, Jakarta.

Dutta mengatakan sebanyak 31% responden menilai perluasan pasar online untuk produk dan layanan merupakan peluang utama usaha di Indonesia.

“Dilihat dari sisi negatif, bisnis di Indonesia melihat tiga ancaman nyata, yaitu situasi politik sebanyak 36%, pesaing baru atau kinerja pesaing sebanyak 33% dan nilai tukar 26%,” ujarnya.

“Bisnis di Indonesia akan mengejar berbagai peluang investasi, mulai dari penelitian, inovasi dan teknologi 81%, serta penjualan produk atau layanan online dan program pelatihan masing-masing 74%,” katanya.

Dengan kondisi ini, tingkat investasi pengusaha berada di posisi tinggi, dengan lebih dari 70% mengklaim akan meningkatkan investasi lebih dari lima persen di setiap bidang.

Hasil survei ikut memperlihatkan bahwa biaya adalah tantangan utama bagi inovasi di semua pasar, tidak terkecuali di Indonesia

Khusus untuk Indonesia, kurangnya tenaga terampil dan kurangnya investasi di bidang teknologi, juga merupakan penghalang yang jauh lebih besar dibanding pasar lain.

“Penekanan akan pentingnya mencari tenaga-tenaga baru yang terampil adalah cerminan dari perhatian mendalam terhadap tantangan,” kata Dutta.

Dengan fokus pada inovasi, terutama pada era internet of things, 5G dan artificial intelligence, maka tercipta produktivitas, percepatan akses, peningkatan pengalaman pelanggan, serta kualitas produk dan layanan.

Sekitar 40% responden percaya bahwa sikap responsif terhadap perubahan adalah faktor terpenting kedua dalam mencapai kesuksesan di masa depan.

Sementara itu, sebanyak 21% responden percaya bahwa kinerja keuangan yang konsisten adalah lebih penting untuk meraih keberhasilan bisnis di masa depan.

Survei terbaru HSBC bertajuk “Navigator: Made for the Future” melibatkan lebih dari 2.500 perusahaan di 14 pasar secara global di Asia Pasifik (Australia, daratan China, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia dan Singapura), Eropa (Prancis, Jerman dan Inggris), Timur Tengah dan Afrika Utara (UEA) dan Amerika Utara (Kanada, Meksiko, dan AS).

BritCham Indonesia menyoroti temuan-temuan berikut dalam indeks tahun ini:

-Sementara sentimen kurang menguntungkan untuk sektor perhotelan, perjalanan & pariwisata dan makanan & minuman, prospeknya tetap sangat positif untuk infrastruktur & konstruksi dan secara signifikan meningkat dalam pendidikan.

-Ada peningkatan pandangan yang sangat positif pada lingkungan politik dan tren positif pada lingkungan peraturan dan hukum.

-Ada kekhawatiran yang meningkat tentang dampak proteksionisme.

-Sentimen menunjukkan bahwa bisnis akan kurang ditantang oleh lingkungan regulasi, inefisiensi birokrasi, peraturan bea cukai & impor dan stabilitas politik & sosial.

-Namun, persentase yang lebih tinggi tetap ragu mengenai investasi besar.

-Ada harapan yang jelas akan perbaikan dalam sikap pemerintah terhadap bisnis.

-Dengan persepsi positif terhadap pemerintah, dampak positif sederhana pada bisnis diharapkan.

-Dampak paket stimulus ekonomi tetap seperti 2017/2018.

Outlook Bisnis

-Prospek bisnis masih relatif stabil dibandingkan tahun lalu.

-Prospek untuk Perhotelan / Perjalanan dan Makanan & Minuman kurang positif dari tahun lalu.

-Aktivitas bisnis telah berkembang di Sumatera dan Sulawesi dan ada rencana ekspansi yang berkelanjutan di Bali dan Jawa Timur.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bisnis

-Sementara prospek ekonomi makro masih menunjukkan tren positif, mereka tetap khawatir tentang korupsi dan partai buruh, ada kekhawatiran baru terhadap terorisme.

-Prospek untuk investasi masa depan secara keseluruhan tetap cukup positif.